Skip to main content

Aktivitas-Aktivitas Manusia Penyebab Menurunnya Tingkat Keanekaragaman Hayati

Sudah menjadi kewajiban kita bersama untuk menjaga keanekaragaman hayati di Indonesia agar tetap lestari dan dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran bangsa. Namun sayangnya, sebagian dari kita sendiri yang seringkali menyebabkan potensi alam tersebut menjadi rusak dan terancam hilang atau musnah. Pada kenyataannya, Indonesia tercatat memiliki daftar kerusakan alam terpanjang di dunia sehingga menyebabkan banyak jenis tumbuhan dan hewan tertentu terancam punah. 

hayati
via jagad.id

Berikut ini beberapa contoh aktivitas manusia yang menjadi penyebab terjadinya penurunan tingkat keanekaragaman hayati di Indonesia.

Pembukaan Areal Hutan

Pembukaan areal hutan untuk lahan pertanian atau pemukiman seringkali menjadi penyebab berkurangnya keanekaragaman tumbuhan dan mengusir fauna yang ada di sekitarnya. Satwa liar akan melarikan diri dan akan mati jika tidak dapat menyesuaikan diri dengan habitat yang baru. Diperkirakan apabila satu jenis pohon tumbang, maka 10-30 jenis satwa yang berasosiasi dengannya ikut hilang. Tidak hanya itu saja, pembukaan areal hutan juga dapat mempersempit habitat satwa sehingga berakibat pada persaingan antara satwa dengan manusia. Contohnya seperti gajah atau harimau di Sumatera yang seringkali masuk ke lahan pertanian atau pemukiman warga. 

Penggembalaan Hewan Ternak di Hutan

Hewan ternak bisa saja menjadi hama serius bagi satwa-satwa di hutan atau kawasan suaka alam. Selain bersaing dengan satwa asli dalam memperebutkan makanan, hewan ternak juga dapat membawa penyakit kepada satwa-satwa asli di areal tersebut. Contohnya, kambing dapat memakan seluruh bagian tumbuhan dan memakan beragam jenis rumput atau tumbuhan lain. Jika seluruh tumbuhan habis dimakan hewan ternak, maka habitat tersebut akan rusak dan akan mengusir sebagian besar satwa asli di daerah tersebut. 

Perburuan Hewan Ilegal

Meski sering disosialisasikan tentang larangan perburuan yang dapat menyebabkan punahnya spesies hewan tertentu, pada kenyataannya perburuan masih saja sering terjadi. Bahkan tidak jarang perburuan tersebut semakin tidak terkendali, termasuk di dalamnya penggunaan bahan beracun dan berbahaya untuk memperoleh hewan buruan. Selain perburuan di darat, perburuan di laut seperti penggunaan bom dan potasium juga terbukti dapat merusak terumbu karang dan mematikan ikan hingga ke telur-telurnya. 

Masuknya Organisme Baru Perusak Ekosistem

Beberapa jenis organisme baru ternyata dapat berpotensi merusak kestabilan ekosistem, contohnya seperti eceng gondok dan bekicot. Eceng gondok yang dibawa ke Kebun Raya Bogor dari daerah Amerika tropis telah tersebar dengan cepat di Indonesia dan telah menjadi gulma di persawahan. Sedangkan bekicot yang berasal dari Afrika Timur kini telah menyebar ke hampir semua penjuru dunia akibat terbawa dalam perdagangan, termasuk ke Indonesia sehingga menjadi salah satu hama tanaman yang merugikan bagi para petani. 

Pembuangan Limbah Berbahaya

Limbah, baik dalam bentuk cair maupun padat (sampah) merupakan salah satu penyebab serius terjadinya pencemaran pada lingkungan. Pencemaran dimulai ketika populasi manusia meningkat dan limbah yang dihasilkannya tidak dapat terurai secepat mereka bereproduksi. Pembuangan limbah ke lingkungan tanpa melalui proses pengolahan terlebih dulu berpotensi dalam mengurangi keanekaragaman hayati di sekitarnya. Limbah beracun yang masuk ke perairan atau tersebar lewat udara terbukti dapat mematikan organisme yang hidup di dalamnya.

Eksploitasi Sumber Daya Alam Besar-Besaran

Untuk memenuhi kebutuhan hidup yang semakin kompleks, sering kali manusia mengeksploitasi sumber daya alam secara besar-besaran tanpa kendali dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku industri. Padahal, bahan baku industri umumnya diperoleh dari jenis sumber daya alam yang tidak terbarukan. Contohnya, kegiatan penambangan ilegal di sejumlah daerah masih sering saja ditemui. Akibatnya, di banyak wilayah terjadi penurunan sumber daya hayati secara besar-besaran. Keanekaragaman hayati yang semula berlimpah pun tidak dapat bertahan lama.