Skip to main content

Posts

Showing posts with the label lafradegrada onlyfans

Sejarah Peristiwa Baiat Aqabah I dan II

Sebelum hijahnya Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya menuju Madinah, ada dua peristiwa penting yang disebut dengan nama Baiat Aqabah I dan Baiat Aqabah II. Bai'at berarti perjanjian atau ikrar bagi penerima untuk memikul atau melaksanakan sesuatu yang dibai'atkan, dalam hal ini yaitu menegakkan ajaran Islam. Baiat pada masa Rasulullah ini terjadi di suatu tempat bernama Aqabah sehingga kemudian disebut Baiat Aqabah.  Sebelumnya pada tahun ke 11 kenabian (620 M), 6 orang dari suku Khazraj datang ke Makkah untuk berziarah. Orang-orang ini sudah mendengar tentang kenabian Nabi Muhammad sehingga ketika beliau menyampaikan dakwah Islam kepada mereka, mereka pun langsung menerimanya. Berkat 6 orang ini, Islam pun mulai tersebar di Yatsrib (Madinah) karena 6 orang tersebut menepati janji mereka terhadap Rasulullah SAW untuk mengajak seluruh saudara dan handai taulan untuk memeluk Islam.  Baiat Aqabah I Baiat ini terjadi pada tahun ke 12 kenabian yakni pada saat musim haji tahun 621

Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Perannya dalam Mempertahankan Kemerdekaan RI

via shutterstock  Memiliki nama kecil Gusti Raden Mas Dorojatun, Sultan Hamengku Buwono IX lahir pada Sabtu 12 April 1912 di Kampung Sompilan, Jalan Ngasem 13 Yogyakarta dari pasangan Sri Sultan Hamengku Buwono VIII dan Raden Ajeng Kustilah. Hamengku Buwono IX memperoleh pendidikan di HIS di Yogyakarta, MULO di Semarang, dan AMS di Bandung. Pada tahun 1930 -an, Sang Sultan muda juga pernah merantau ke negeri kincir angin untuk menimba ilmu dengan kuliah di Universiteit Leiden, Belanda. Pada masa awal kemerdekaan Indonesia, keadaan perekonomian saat itu sangatlah buruk. Kas negara kosong, pertanian dan industri pun rusak berat akibat perang. Blokade ekonomi yang dilakukan Belanda membuat perdagangan dengan luar negeri menjadi terhambat. Kekeringan dan kelangkaan bahan pangan terjadi di mana-mana, termasuk di wilayah Yogyakarta.  Sebagai Raja sekaligus Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono IX tidak tinggal diam melihat sulitnya keadaan pada masa itu. Untuk menjamin