Perubahan lingkungan sering kali berhubungan dengan meningkatnya populasi manusia dan kemajuan teknologi. Namun seiring dengan meningkatnya populasi manusia dan aktivitas industri, berbagai masalah lingkungan telah bermunculan. Salah satu yang cukup mencolok perhatian adalah permasalahan sampah atau limbah industri yang sering kali terabaikan dan berakibat pada kualitas lingkungan yang tidak sehat.
via pixabay |
Munculnya permasalahan sampah sangat dipengaruhi oleh tingkat sosial, ekonomi, dan kehidupan suatu masyarakat serta kondisi alamnya. Semakin modern kehidupan masyarakat dengan dunia industri yang berkembang pesat, maka akan semakin meningkat dan beragam pula jumlah limbah sampah yang dihasilkan. Sebelum menjadi masalah yang kompleks dan sulit diatasi, permasalahan ini memang harus segera terpecahkan agar dapat tertangani dengan baik.
Pemilahan Sampah
Terkait hal ini, ada baiknya kita belajar dari apa yang sudah diterapkan oleh masyarakat di negeri Jepang. Jepang adalah negara yang sangat mementingkan kebersihan. Tingginya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan merupakan kunci keberhasilan manajemen pengelolaan sampah di negara ini. Jepang memiliki sembilan kategori pemilahan sampah, yaitu sampah yang dapat dibakar, kaleng, kaleng semprot, botol plastik, botol kaca, lampu bohlam dan baterai, sampah tak terbakar, sampah besar, serta sampah komersial.
Baca juga: Mengelola dan Mengolah Sampah Barang Bekas
Sampah-sampah tersebut kemudian harus disortir sendiri oleh warga kota sebelum dibuang pada tempat yang ditentukan sesuai jadwal. Pemerintah Jepang juga memiliki kalender sampah untuk menentukan jenis dan waktu pengumpulan sampah, misalnya tanggal berwarna merah muda untuk sampah yang dapat dibakar pada hari senin. Atau tanggal berwarna kuning untuk sampah plastik pada hari selasa, dan sebagainya. Selain itu, pemilahan sampah ini juga menentukan metode penanganan tiap jenis sampah, misalnya hendak didaur ulang atau dibakar.
Daur Ulang Sampah
Selain pemusnahan sampah, sebagian limbah organik nyatanya memang dapat dimanfaatkan kembali melalui proses daur ulang. Daur ulang merupakan pemrosesan kembali barang/materi yang pernah digunakan untuk mendapatkan produk baru. Proses daur ulang sampah umumnya tidak mendatangkan berbagai masalah. Berbeda dengan penanganan lain seperti mengubur sampah atau membakarnya yang justru seringkali menyebabkan terjadinya pencemaran dan mengancam kehidupan organisme.
via pixabay |
Inisiatif daur ulang sampah pertama kali telah dimulai di belahan bumi Amerika Utara selama beberapa tahun yang lalu. Di Amerika Serikat, kebijakan pemerintah untuk daur ulang sampah sudah dilakukan semenjak akhir abad ke 19. Pada tahun 1900, sebanyak 1.000 kota di Amerika Serikat telah menggiatkan program daur ulang dan meningkat menjadi 9.000 kota pada tahun 1997. Sementara itu, beberapa kota besar di Kanada juga telah giat melakukan program yang sama.
Ada banyak manfaat dari proses ini. Selain menurunkan tingkat pencemaran, proses daur ulang juga berkontribusi dalam menjaga kelestarian sumber daya alam di sekitarnya. Melalui proses daur ulang, beberapa sisa material organik yang terbuang dapat diolah lagi untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Bukan hanya itu saja, beberapa limbah juga dapat dikonversikan kembali menjadi produk-produk baru yang tentunya memiliki nilai ekonomi.
Beragam limbah seperti kertas, logam, dan kaca dapat dimanfaatkan kembali dengan mula-mula dipilah-pilah menurut jenisnya. Selanjutnya, masing-masing limbah dihancurkan oleh mesin penghancur sehingga siap digunakan untuk membuat produk baru yang memiliki nilai ekonomi. Contohnya, limbah kertas dapat didaur ulang untuk menghasilkan kertas baru. Limbah kertas dijadikan seperti bubur, dibersihkan, dan kemudian diputihkan dari noda, kotoran, dan tinta sehingga dapat dihasilkan lagi menjadi kertas baru.
Permasalahan lingkungan sejatinya merupakan perhatian kita bersama. Artinya, setiap orang ikut bertanggung jawab terhadap kualitas kebersihan lingkungannya. Kesadaran terhadap tanggung jawab secara individu pada akhirnya harus dapat merubah perilaku perorangan agar semakin peduli dengan keadaan lingkungan di sekitarnya. Dengan kata lain, perilaku sadar lingkungan harus segera dimulai dari diri sendiri alih-alih berpangku tangan sembari menunggu orang lain untuk memulainya lebih dulu. (diolah dari berbagai sumber)