Sebelumnya, kita telah mengetahui tentang sejarah peristiwa Baiat Aqabah I dan II dimana Rasulullah SAW dan para pengikutnya mendapat dukungan dari sebagian penduduk Madinah yang telah menerima Islam dan siap berjuang bersama Nabi demi kejayaan Islam. Salah satu tokoh yang cukup menonjol dalam peristiwa tersebut yaitu Mush'ab bin Umair. Ia adalah seorang pemuda Quraisy yang berperan besar bagi perkembangan Islam di kota Madinah. Saat itu, ia dikirim oleh Rasulullah ke Madinah untuk mengajarkan Al Qur'an kepada penduduk Madinah.
Siapakah sosok Mush'ab bin Umair ini?. Mengapa pada artikel sebelumnya kami sempat sekilas menggambarkan tokoh ini sebagai pemuda yang rela meninggalkan kehidupan remajanya yang mewah demi perjuangan Islam?. Ya, itulah kenapa pada postingan kali ini kami ingin agar kita bersama mengenal tentang sosok sahabat Nabi yang istimewa ini.
ilustrasi via eramuslim |
Mush'ab bin Umair adalah salah seorang sahabat Nabi dari keturunan bangsawan suku Quraisy. Nama lengkapnya adalah Mush’ab bin Umair bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Abd al-Dar Qushay bin Kilab al Abdari al Qurasyi. Ia dilahirkan pada tahun 585 M, terpaut empat belas tahun lebih muda dari usia Rasulullah SAW. Ayahnya bernama Umair ibn Hashim, seorang konglomerat Quraisy dan ibunya bernama Khunas binti Malik, wanita kaya raya dan terpandang di kota Makkah.
Sejak kecil, Mush'ab bin Umair begitu dimanjakan orang tuanya sehingga ia terbiasa hidup dengan kenikmatan dunia. Lebih-lebih, Mush'ab juga memiliki wajah yang rupawan sehingga banyak orang terpesona akan ketampanannya. Bau harum dari pakaiannya pun selalu menyertainya kemana pun ia pergi. Namun semua itu berubah saat ia memutuskan untuk masuk Islam. Ia rela meninggalkan kehidupan masa mudanya yang serba mewah untuk menjadi pengikut setia Rasulullah SAW.
Saat ibunya yang penyembah berhala mengetahui bahwa Mush'ab telah masuk Islam, sang ibu pun melakukan segala cara agar anaknya itu mau keluar dari agama Islam. Namun dengan keteguhannya, Mush'ab bin Umair tetap pada keyakinannya. Bahkan ia rela pergi dari rumah dan meninggalkan semua kekayaan serta kemewahan yang telah dimilikinya itu demi berjuang bersama Rasulullah SAW. Dari seorang pemuda kaya, kehidupan Mush'ab pun berubah menjadi miskin dan melarat.
Pernah suatu ketika ia muncul di hadapan para sahabat yang sedang duduk-duduk bersama Nabi. Melihat kondisi Mush'ab, para sahabat pun terharu sembari menundukkan kepala dan memejamkan mata, bahkan beberapa dari mereka matanya basah karena saking kasihannya. Mereka melihat Mush'ab memakai jubah usang yang penuh dengan tambalan. Padahal belum hilang dari ingatan mereka, pakaian Mush'ab sebelum masuk Islam tak ubahnya bagaikan kembang di taman yang semerbak harum mewangi.
Adapun Rasulullah SAW, beliau menatap Mush'ab dengan pandangan penuh cinta dan rasa syukur dalam hati. Pada kedua bibir beliau tersungging senyuman mulia seraya berkata, "Dahulu aku lihat Mush'ab ini tidak ada yang mengimbangi dalam memperoleh kesenangan dari orang tuanya, namun kini ditinggalkannya semua itu demi cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya".
Karena keteguhannya itu, Rasulullah kemudian memberikan misi penting kepada Mush'ab yaitu sebagai duta atau utusannya untuk dakwah Islam dan mengajarkan Al-Qur'an kepada penduduk Madinah. Hal itu terjadi setelah 12 orang lelaki dari kaum Anshar berbaiat kepada Rasulullah SAW di Aqabah. Meski sempat kembali ke Makkah saat peristiwa baiat Aqabah kedua, ia tetap tinggal di Madinah hingga Rasulullah SAW dan para sahabat lainnya menyusul hijrah ke Madinah.
Selama berdakwah di Madinah, Mush'ab bin Umair telah berhasil mengajak sebagian penduduk Madinah untuk masuk Islam. Dengan sikap lemah lembut, Mush'ab mengajak semua golongan dari rakyat jelata sampai kaum bangsawan untuk menerima Islam. Salah satu prestasi terbesarnya yaitu ketika ia berhasil mengislamkan Usaid bin Hudhair dan Sa'ad bin Mu'adz. Keduanya adalah dua pembesar dari kabilah Bani Asyhal, sebuah kabilah besar di kota Madinah.
Meski awalnya sempat mendapat ancaman dari kedua tokoh tersebut, pada akhirnya kedua pembesar ini luluh setelah mendengarkan dakwah dari Mush'ab. Dengan lemah lembut, Mush'ab menjelaskan tentang ajaran Islam sembari memperdengarkan suara indah lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an. Akhirnya, keduanya pun kemudian menyatakan masuk Islam dan diikuti oleh segenap kaumnya. Semenjak itulah, agama Islam pun semakin banyak dipeluk oleh mayoritas penduduk kota Madinah.
Selain giat dalam berdakwah, Mush'ab juga tidak ketinggalan ikut berjihad. Ia sering dipercaya Rasulullah SAW untuk memegang bendera Islam dalam beberapa peperangan. Tugas itu juga diembannya ketika meletus perang Uhud pada tahun 625 M. Saat pasukan Muslim mulai terdesak, Mush'ab mengangkat tinggi-tinggi bendera Islam dengan tangan kanannya sembari bertakbir untuk menyemangati pasukan Muslim. Tiba-tiba, seorang musuh mendekat dan mengayunkan pedangnya hingga menyebabkan tangan kanan Mush'ab putus.
Mush'ab pun kemudian mengangkat bendera tersebut dengan tangan kirinya. Lagi-lagi musuh tersebut kembali mengayunkan pedangnya dan putuslah tangan kiri Mush'ab. Meski begitu, Mush'ab tetap tidak menyerah dan mendekap bendera tersebut di dadanya. Pada akhirnya, musuh tersebut menusukkan tombaknya hingga patah menembus dada Mush'ab. Mush'ab pun gugur syahid bersama Syuhada Perang Uhud lainnya. Ketika Rasulullah SAW melihat jasad para Syuhada tersebut, beliau kemudian berseru, "Sungguh, Rasulullah akan menjadi saksi nanti di hari kiamat, bahwa kalian semua adalah Syuhada di sisi Allah". (diolah dari berbagai sumber)