Seperti yang telah kami ulas pada beberapa artikel sebelumnya, manusia memang butuh mengkonsumsi makanan sehat agar dapat bertahan hidup dengan baik. Di dalam tubuh, makanan akan dipecah-pecah menjadi molekul yang lebih sederhana sehingga dapat dimanfaatkan oleh sel-sel tubuh. Proses pemecahan makanan atau yang dikenal sebagai proses pencernaan ini terjadi di dalam organ pencernaan yang dimulai dari mulut dan berakhir pada anus.
via istockphoto |
Namun sayangnya, manusia sering kali abai terhadap pola makan yang sehat sehingga tidak jarang timbul berbagai masalah dan penyakit pada sistem organ pencernaannya. Penyakit atau gangguan pada sistem percernaan makanan sendiri dapat disebabkan faktor luar seperti pola makan yang salah, toksin bakteri, dan faktor dalam seperti kelainan alat pencernaan makanan. Berikut ini merupakan beberapa penyakit atau gangguan yang biasa terjadi pada sistem percernaan manusia.
1. Apendisitis (biasa disebut sakit usus buntu), adalah peradangan pada apendiks (umbai cacing) yang disebabkan infeksi bakteri.
2. Diare atau mencret, adalah gangguan penyerapan air di usus besar sehingga ampas makanan yang dikeluarkan dari tubuh berwujud cair.
3. Disfagia, adalah kerusakan lambung karena alkohol dan racun.
4. Enteritis, adalah peradangan pada usus halus atau pada usus besar yang disebabkan bakteri.
5. Kolik, adalah rasa sakit berulang-ulang karena kontraksi otot dinding lambung atau usus yang kuat.
6. Konstipasi atau sembelit, adalah sulit buang air besar karena penyerapan air di kolon terlalu banyak.
7. Muntah, adalah keluarnya makanan dan cairan lambung melalui mulut, disebabkan keracunan, mabuk perjalanan, gangguan peredaran darah, dan lain-lain.
8. Ulkus (radang lambung), adalah peradangan dinding lambung akibat produksi HCI lambung lebih banyak daripada jumlah makanan yang masuk.
9. Parotitis (gondong), adalah radang kelenjar parotis oleh virus.
10. Peritonitis, adalah radang pada selaput perut (peritonium).
11. Kanker lambung, biasanya disebabkan oleh konsumsi alkohol yang berlebihan, merokok, dan sering mengonsumsi makanan awetan.
12. Kolitis atau radang usus besar, gejalanya berupa diare, kram perut, atau konstipasi, bahkan dapat terjadi pendarahan dan luka pada usus.
Seiring kemajuan zaman, berbagai teknologi telah dikembangkan untuk pengobatan terhadap berbagai macam penyakit pada sistem pencernaan, misalnya sebagai berikut.
1. Radang lambung kronis sering disebabkan oleh bakteri Helicobacter pylori. Hasil penelitian banyak membuktikan bahwa penggunaan antibiotik yang dikombinasikan dengan obat antisekretori yang menurunkan tingkat keasaman lambung dapat membunuh H. pylori dan memperbaiki dinding lambung yang meradang. Contoh obat-obatan itu adalah ranitidine (merek dagangnya Zantac) dan cimetidine (merek dagangnya Tagamet).
2. Kanker lambung dapat diobati melalui pembedahan dengan membuang jaringan yang terkena kanker. Cara ini merupakan metode yang terbaik dalam mengobati kanker lambung.
3. Penyakit kolitis (radang usus besar) yang ringan masih dapat diobati dengan obatobatan. Akan tetapi jika penyakit kolitis sudah tidak dapat diperbaiki dengan pengobatan, perlu diambil tindakan pembedahan dengan membuang bagian usus besar yang mengalami peradangan.
4. Pasien yang diduga menderita apendisitis diperiksa melalui foto rontgen. Pengobatan yang dilakukan adalah pembedahan dengan membuang bagian apendiks yang meradang.
5. Sinar X dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kelainan pada esofagus bagian bawah, lambung, dan duodenum. Studi ini dinamakan studi sinar X Upper Gastrointestinal (UGI). Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan barium sulfat sebagai medium kontras. Penyakit yang dapat dideteksi adalah tukak lambung, tumor, peradangan, atau kesalahan posisi anatomi seperti pada hiatal hermia (menggelembungnya diafragma yang mengakibatkan letak lambung menonjol keluar). Gangguan pada lintasan jalannya makanan juga dapat dideteksi.
Pada pemeriksaan ini, pasien diminta meminum minuman bertepung yang mengandung barium sulfat sebelum difoto dengan sinar X. Pada foto akan tampak bagian-bagian seperti esofagus bagian bawah, dinding lambung, bukaan pilorus, dan duodenum. Tumor, kista, dan pembesaran organ lainnya di dekat lambung dapat pula dideteksi melalui metode ini.