Fase remaja dapat dikatakan sebagai fase peralihan dari fase anak-anak ke fase dewasa. Pada masa ini, banyak perubahan fisik dan biologis yang terjadi dalam diri seorang wanita. Pada masa ini juga terdapat banyak keinginan dan masalah yang harus dihadapi oleh seorang remaja putri untuk menyiapkan dirinya menjadi dewasa.
Dalam aspek biologi, proses akil balig terjadi pada masa ini, biasanya dari umur 10 hingga 13 tahun bagi remaja wanita. Secara keseluruhan, akil balig terjadi lebih awal bagi remaja putri dibandingkan dengan remaja pria, yaitu dari umur 12 hingga 15 tahun. Perubahan fisik terjadi dengan adanya tubuh yang tampak membesar dengan jelas dan terjadi perubahan seksual sekunder yang menunjukkan sifat kewanitaan. Perubahan ini ditandai dengan mulai tumbuhnya payudara dan datangnya menstruasi.
Pertumbuhan seperti ini merupakan pertumbuhan secara biologis, tetapi berpengaruh pula pada sisi psikologis yang mendalam. Sebagai contoh, seorang remaja wanita yang mempunyai buah dada terlalu kecil atau terlalu besar sering mendapat ejekan dari kawan-kawannya sehingga dapat memengaruhi emosi mereka. Pada tahap ini pula, pertumbuhan kognitif memuncak ke tahap yang paling tinggi, sekitar usia 11 tahun ke atas.
via mui.or.id |
Umumnya, remaja sudah dapat berpikir mengenai masalah yang abstrak dan dapat menyelesaikan berbagai masalah, serta dapat mempertimbangkan satu masalah dari satu sudut atau secara keseluruhan. Pada masa ini juga, kita semua dapat membicarakan dan menganalisis konsep kebenaran dan kebaikan secara abstrak. Selain aspek psikologis, pada masa ini juga para remaja putri akan menghadapi masalah yang tumbuh menjadi besar atau developmental tasks. Permasalahan yang harus dihadapi dan diselesaikan dengan sungguh-sungguh, antara lain sebagai berikut.
Meredam Emosi dan Membina Kasih Sayang Bersama orang Tua
Proses ini biasanya terjadi seumur hidup, ketika para wanita secara bertahap mulai memisahkan dirinya dan mengurangi ketergantungannya terhadap orang tua. Walaupun demikian, usaha-usaha ini tampak lebih menonjol pada saat remaja. Para remaja wanita tidak mau berjalan keluar rumah dengan ibunya seperti dulu. Dia mau membuat pilihan sendiri dalam mengatur hidupnya.
Proses ini adalah sesuatu yang normal dan dirasakan perlu bagi setiap remaja. Meskipun begitu, hal ini merupakan masalah bagi kedua belah pihak, yaitu kaum remaja dan orang tuanya. Perselisihan kadang terjadi pada masa ini, termasuk dalam hal berdandan, melakukan pekerjaan rumah, memilih teman, dan sebagainya. Orang tua mereka sudah berubah sikap tanpa mengetahui bahwa proses ini merupakan satu hal yang harus dilalui oleh anak-anak mereka.
Perasaan khawatir dan cemas seandainya anak remaja mereka menjadi liar dan tidak bermoral dapat mendorong orang tua untuk lebih meningkatkan peraturan serta memberikan hukuman yang keras. Hal ini akan membuat para remaja tertekan dan mencari solusi yang mungkin negatif. Para remaja akan bertindak menolak secara terang-terangan untuk tidak mengikuti aturan dan bahkan menunjukkan tingkah laku negatif untuk menjelaskan identitas diri mereka.
Ada juga remaja yang menurut saja keinginan orang tuanya, tetapi sebenarnya ia menolak dengan berbuat sesuatu yang menyenangkan hati kedua orang tuanya dan membuat dirinya disayangi. Hal-hal seperti ini bisa menyebabkan konflik dalam diri remaja tersebut. Konflik seperti ini akan menyebabkan sakit hati yang mendalam dan berkepanjangan serta akan berpengaruh terhadap kesehatan mental remaja wanita itu. Akibatnya, dapat menimbulkan berbagai penyakit mental. Orang tua sebaiknya bersikap tegas, tetapi fleksibel dalam membantu anak remajanya melalui proses ini.
Menjadi Bagian dari Perkumpulan Rekan-Rekan Sebaya
Sudah menjadi hal yang biasa jika naluri seorang remaja akan merasakan bahwa dirinya merupakan bagian dari sebuah perkumpulan rekan sebaya dan mematuhi peraturan perkumpulan tersebut. Di sini, mereka belajar bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai suatu pendapat yang sama.
via kompas.com |
Remaja wanita, begitu juga laki-laki, akan berusaha untuk diterima oleh perkumpulan rekan sebayanya. Ini menyebabkan para orang tua merasakan anak mereka sudah berani menentang mereka. Sebaliknya, orang tua tidak perlu merasa cemas dan gelisah, tetapi sebaliknya berusaha mengenal teman-teman anaknya dan memberikan bimbingan serta pengawasan agar mereka tidak terbawa arus yang tidak baik.
Membina Identitas Diri
Pada masa kanak-kanak, seseorang dipengaruhi oleh jiwa ibunya atau orang lain di sekitarnya. Dia tidak mempunyai identitas sendiri dan belum dapat memisahkan diri dari orang lain. Pada masa remaja ini, kematangan otaknya mulai tampak, terutama dalam hal berpikir dan mulai mencari siapa dirinya di dunia ini.
Ketika mencari identitas diri itu, remaja pada umumnya meniru berbagai gaya dan watak para idola yang selalu berubah-ubah. Ini adalah suatu proses yang normal dan diharapkan pada akhir proses ini, remaja dapat menemukan identitasnya sendiri yang merupakan hasil dari pengaruh berbagai gaya dan watak orang lain dan disesuaikan dengan nilai-nilai yang ada dalam dirinya. Di sini, para remaja seharusnya dibekali nilai-nilai luhur dan periu bersama-sama mendapat pengawasan dan bimbingan orang tua agar mereka tidak jatuh ke dalam pergaulan yang tidak baik atau menjadi salah menilai diri.
Menggapai Potensi Diri
Secara umum, remaja mempunyai perasaan ingin tahu dan mencoba sesuatu dengan yang baru. Dengan demikian, sebaiknya mereka diberi peluang untuk membuka diri dengan diberi bimbingan. Remaja juga suka berimajinasi dan kreatif. Potensi-potensi seperti ini perlu didorong dan disalurkan ke arah aktivitas yang sehat dan menjadi kesenangan mereka.
Belajar Mengendalikan Emosi
Pada tahap ini, remaja sering berhadapan dengan emosi yang kadangkala agresif. Hal ini disebabkan oleh perubahan hormon-hormon tertentu. Remaja perlu mengendalikan emosi tersebut secara baik dengan pengarahan dari orang tua. Kekerasan dan kelonggaran yang ekstrem ketika mengendalikan emosi tersebut akan mengganggu pembentukan disiplin remaja, bahkan perkembangan remaja secara keseluruhan.
Sanggup Menghadapi Masa Dewasa
Sejak masa kanak-kanak hingga remaja, seandainya semua harapan dapat dipenuhi dan segala masalah dapat dilalui oleh seorang wanita, hal itu akan menjadi bekal yang berkualitas dan dijadikan dasar dalam kemampuan berkomunikasi, juga menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan orang lain. Kualitas tersebut meliputi kemampuan memercayai orang lain, memiliki nilai-nilai moral dan agama yang benar, berinisiatif untuk berkembang, dan memiliki etika pekerjaan yang baik. Hal ini akan membantu para remaja dalam merancang dan menyiapkan diri memasuki lingkungan pekerjaan serta berusaha untuk membahagiakan keluarga.
Penampilan
Penampilan adalah cara seseorang memandang wajah, bentuk tubuh, dan fisiknya. Ini adalah aspek yang penting dalam kehidupan remaja wanita dan bisa menjadi sumber stres bagi mereka. Kita memahami sifat remaja yang selalu berkeinginan agar dirinya diterima oleh teman-temannya. Menurut mereka, penampilan tidak boleh cacat karena hal ini tidak akan diterima oleh teman-temannya.
Media massa dan masyarakat umumnya memainkan peranan yang penting dalam memberi tekanan pada remaja agar memiliki bentuk tubuh dan keterampilan tertentu. Umumnya wajah dan bentuk tubuh yang dianggap cantik adalah yang kulitnya halus dan putih, berhidung mancung, berbadan langsing, dan sebagainya.
Penampilan seperti ini bukanlah sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap remaja. Oleh karena itu, faktor ini akan memberi tekanan dan pandangan yang negatif mengenai dirinya. Tekanan ini akan berlanjut hingga dewasa seandainya gangguan tidak cepat diselesaikan. Faktor ini juga akan menambah risiko ke arah kebiasaan mengonsumsi makanan tidak sehat, seperti makanan yang berlebihan, memuntahkan semua makanan yang sudah dimakan, atau menggunakan obat untuk buang air. Orang tua perlu membantu mereka dalam membentuk pemikiran positif yang ada pada dirinya dan menghindari perilaku yang merusak hidup.
(Sumber: Zamzam, Ruzanna, dkk 2007 Makin Cantik Aja!, hlm. 26-31)