Skip to main content

Posts

Profil Singkat Letjen TNI (Purn.) Mochamad Jasin, Jenderal TNI Asal Aceh

Letjen TNI (Purn.) Mochamad Jasin adalah salah seorang tokoh militer Indonesia yang pernah menjabat sebagai Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) ABRI pada tahun 1970-an. Saat menjabat sebagai Panglima Kodam I/ Iskandar Muda (1960-1963), ia juga merupakan salah seorang tokoh penting yang berperan besar dalam menciptakan perdamaian di Aceh ketika berhasil menyelesaikan pemberontakan DI/ TII di Aceh melalui jalan damai.  Mochamad Jasin lahir di Sabang, Pulau Weh, Aceh pada tanggal 22 Juli 1921 dari ibu berdarah Minangkabau dan ayah, Mochamad Iyas, yang berdarah Jawa. Sebelum masuk dunia militer, awalnya Mochamad Jasin adalah seorang guru. Namun saat revolusi fisik kemerdekaan, Jasin masuk PETA dan bermetamorfosis menjadi seorang tentara. Meski begitu, karakternya sebagai guru tidak hilang. Ia pernah menjadi pengajar di Sekolah Staf Komando Angkatan Darat (SSKAD/ kini Seskoad) yang merupakan lembaga pendidikan tinggi di Angkatan Darat. Di antara murid-muridnya saat itu antara lain yaitu

Mengenal 4 Aliran Kebatinan (Kejawen) di Jawa

Ilustrasi orang Jawa via pexels.  Munculnya beragam aliran kebatinan (Kejawen) memang tidak dapat dipisahkan dari pola hidup mistik yang telah menjadi bagian dari orang Jawa. Pada umumnya, aliran kebatinan bukanlah merupakan suatu bentuk agama dalam pengertian seperti agama monoteistik (seperti Islam, Kristen, dsb), tetapi lebih sebagai seperangkat cara pandang dan nilai-nilai yang dibarengi dengan sejumlah laku (mirip dengan "ibadah"). Beberapa aliran kebatinan juga mengadopsi ajaran-ajaran dari agama tertentu sehingga sebagian penganut aliran kebatinan ini ada yang menjadikannya sebagai pelarian spiritual untuk mencapai ketenangan dan keseimbangan dalam hidup.  Menurut sejumlah catatan, ada cukup banyak jumlah aliran kebatinan (Kejawen) yang masih eksis dan dipraktekkan oleh masyarakat Jawa. Nah, berikut ini secara singkat kita akan coba mengenal 4 di antaranya yang cukup populer.  1. Paguyuban Ngesthi Tunggal (Pangestu) Paguyuban Ngesti Tunggal atau biasa disingkat Pangest

Perjalanan Pers di Indonesia Sejak Orde Baru Hingga Era Reformasi

Tidak bisa dipungkiri bahwa pers memiliki peran penting dalam kehidupan demokrasi. Tanpa pers, tidak ada informasi yang bisa tersalurkan, baik dari rakyat ke pemerintahannya maupun sebaliknya. Tanpa pers tidak akan ada pilar demokrasi dan tidak ada pilar penegakkan ruang publik. Kebebasan pers adalah manifestasi dari kebebasan berbicara ( freedom of speech ) dan bagian dari kebebasan berekspresi ( freedom of expression ) sesuai dengan Pasal 19 Deklarasi Universal HAM (The Universal Declaration of Human Rights).  via shutterstock Perkembangan dan pertumbuhan media massa atau pers di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari perkembangan dan pertumbuhan sistem politik di negeri ini. Bahkan sistem pers di Indonesia merupakan sub sistem dari sistem politik yang ada. Di negara yang sistem persnya mengikuti sistem politik yang ada, maka pers cenderung bersikap dan bertindak sebagai " balancer " (penyeimbang) antara kekuatan yang ada. Baca juga:  Sekilas Sejarah Jurnalistik di Dunia dan

Sejarah Sensus (Penduduk) di Dunia dan di Indonesia

Sensus penduduk atau juga biasa disebut "cacah jiwa" adalah pencatatan seluruh penduduk secara serentak di suatu wilayah atau negara. Sensus penduduk memiliki tujuan utama yaitu untuk mengetahui jumlah penduduk, persebaran, dan karakteristik penduduk di suatu wilayah atau negara. Di Indonesia, kegiatan pencatatan ini biasanya dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan pada umumnya dilaksanakan setiap 10 tahun sekali.  via pixabay Sejarah Sensus di Dunia Menurut penelitian para ahli, sensus penduduk tertua tercatat dilakukan oleh Bangsa Cina pada masa 4000 tahun sebelum Masehi. Sedangkan di Kerajaan Mesir Kuno, sensus telah dilakukan sejak 2500 sebelum Masehi. Pada masa itu, sensus dilakukan dengan tujuan untuk membagi tenaga kerja dalam pembangunan piramida.  Di benua Eropa, sensus pertama kali dilakukan oleh kekaisaran Romawi pada abad ke-6 sebelum Masehi untuk mengetahui jumlah penduduk, jumlah pajak yang harus dibayar, dan jumlah laki-laki dewasa yang cocok untuk mengi

7 Kearifan Lokal Bidang Pertanian di Indonesia

Indonesia memang kaya akan budaya dan kearifan lokal masyarakat yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Bentuk-bentuk kearifan lokal dapat berupa nilai, norma, kepercayaan, dan aturan-aturan khusus yang berhubungan dengan aktivitas manusia. Beberapa bentuk kearifan lokal juga ikut berperan dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan sehingga keseimbangan alam tetap terjaga. Salah satunya yaitu kearifan lokal dalam bidang pertanian.  via istockphoto Ada banyak bentuk kearifan lokal dalam bidang pertanian yang bisa ditemui pada sejumlah wilayah di seluruh penjuru Nusantara. Sebagai tambahan wawasan kita, berikut ini beberapa contoh kearifan lokal dalam bidang pertanian yang ada di Indonesia.  1. Subak di Bali Subak adalah suatu organisasi masyarakat adat yang mengelola irigasi untuk sistem pengairan. Subak memiliki karakteristik sosio-agraris-religius yang berlandaskan filosofi Tri Hita Karana. Tri Hita Karana merupakan ajaran Hindu Bali yang menekankan pada

Pengaruh Globalisasi Terhadap Budaya Nasional

Globalisasi adalah suatu proses dunia menjadi satu tanpa batas dimana interaksi antarnegara sangat mudah terjadi. Proses globalisasi terjadi antara akhir abad ke 20 dan permulaan abad ke 21. Dengan adanya globalisasi, dunia menjadi seperti borderless atau tanpa sekat. Masyarakat dapat dengan mudah mengakses informasi dari berbagai penjuru dunia, bepergian dengan mudah dan cepat, serta mendapatkan komoditas perdagangan dari seluruh dunia. via pixabay Di era globalisasi seperti sekarang ini, setiap bangsa bebas keluar-masuk memberikan pengaruhnya kepada bangsa lain. Akibatnya, berbagai paham dan ideologi pun masuk ke bangsa lain, termasuk bangsa Indonesia. Berbagai paham masuk ke Indonesia, baik itu paham positif yang berguna untuk kemajuan bangsa maupun paham negatif yang dapat merusak moral bangsa dan mengancam kebudayaan. Paham-paham tersebut antara lain yaitu: Individualisme, yaitu suatu paham yang mementingkan kepentingan diri sendiri (individu).  Materialisme, yaitu suatu paham ya

Taubatnya Syaqiq al-Balkhi Hingga Memilih Jalan Zuhud

Syaqiq al-Balkhi adalah salah seorang Sufi di antara tokoh-tokoh besar Khurasan yang hidup pada abad ke 3 Hijriyah. Nama lengkapnya yaitu Syaqiq bin Ibrahim al-Azdi dan memiliki nama kuniyah Abu Ali al-Balkhi. Sedangkan "al-Balkhi" merupakan sematan yang dinisbatkan kepada daerah tempat kelahirannya. Ia merupakan murid sekaligus sahabat karib sufi terkemuka yaitu Ibrahim bin Adham dan guru dari seorang sufi terkenal lainnya yaitu Hatim al Asham.  ilustrasi sufi via islami.co Dikisahkan bahwa sebelum dikenal sebagai seorang sufi ternama, Syaqiq adalah putra dari seorang hartawan yang sering melakukan perjalanan jauh ke berbagai pelosok negeri untuk berniaga. Dalam suatu perjalanan niaganya ke Turki, tanpa sengaja ia bertemu dengan sekelompok penyembah berhala di sana. Ia pun sempat memasuki sebuah rumah yang menjadi tempat penyembahan berhala bagi kelompok tersebut. Di samping banyak dijumpai berhala, di tempat tersebut ia juga menjumpai beberapa orang pendeta yang berkepala g